Selasa, 11 Februari 2014

Remaja Berperilaku Konsumtif


 
   Apakah Anda suka berbelanja? Itu kan perilaku konsumtif. Tau tidak konsumtif itu apa? Konsumtif itu merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli barang-barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Dalam psikologi dikenal istilah compulsive buying disorder (kecanduan belanja) orang yang terjebak di dalamnya tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan.

   Remaja yang kini banyak terjebak dalam kehidupan konsumtif, dengan rela mengeluarkan uangnya untuk menuruti segala keinginan, bukan kebutuhan. Dalam keseharianya, remaja menghabiskan uang mereka untuk membeli makanan, pakaian, perangkat elektronik, hiburan seperti menonton film dan sebagainya. Semua ini dilakukan remaja kebanyakan hanya untuk pamer dan gengsi. Kita tau remaja merupakan fase di mana mereka masih dalam situasi labil seperti rumput yang jika tertiup angin ia akan mengikuti ke mana arah angin itu berhembus. Remaja yang dalam pergaulanya dikelilingi oleh remaja lain yang juga berperilaku konsumtif, maka ia akan mengikuti gaya, penamilan, seolah tidak mau kalah dari temanya. 

   Masa remaja disebut masa kehausan sosial yakni adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Jadi, kebanyakan remaja berpikir untuk dapat diterima di dalam kelompok mainnya. Ia harus menyesuaikan diri dengan kelompok tersebut, termasuk dalam segi penampilan, dan gaya hidup. Jika seorang remaja tidak diterima di dalam kelompok sebayanya maka ia akan merasa terasingkan dan lebih memilih untuk menyendiri. Remaja juga mudah terpengaruh oleh berbagai iklan menarik yang menawarkan barang-barang terbaru, dengan potongan harga yang menggiurkan. Seperti hilang kesadaran, tanpa berpikir panjang remaja bergegas membeli barang yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Bagi produsen, remaja merupakan sasaran empuk, karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Apalagi kini remaja memiliki tempat wajib yang harus dikunjungi setidaknya satu minggu sekali yakni pusat perbelanjaan (Mall).
 
   Setiap remaja ingin terlihat eksis, tidak ketinggalan zaman dan akan berusaha mengikuti trend yang ada sekarang ini. Jika seorang remaja berada di lingkungan pergaulan yang teman-temannya berpenampilan glamour maka ia akan merasa tidak mau tertandingi dan berkeinginan melampaui penampilan temannya. Jika seorang remaja berteman dengan orang-orang yang memiliki gadget atau smartphone berteknologi tinggi, ia pun akan berusaha untuk memiliki smartphone yang lebih canggih dari temannya.

  Rentang masa remaja berlangsung pada usia 11-20 tahun atau usia belasan, yang artinya sebagian besar mereka belum masuk usia kerja. Lalu, bagaimana mereka bisa mendapatkan uang untuk memenuhi semua keinginan mereka? Ya pasti orang tua yang menanggung. Bagi keluarga dengan kesanggupan materi atau ekonomi menengah ke atas memberikan uang saku yang banyak bukanlah sebuah masalah, tapi bagi sebagian orang dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah menuruti kemauan sang anak merupakan sebuah beban.

   Bagi mereka yang berada dalam himpitan ekonomi akan mengalami kesulitan jika anak sudah merengek bahkan sampai memaksa dan mengancam. Orang tua hanya bisa menuruti keinginan mereka, orang tua rela berhutang, mencari pekerjaan tambahan, hingga menjual barang-barang hanya demi memenuhi keinginan anaknya. Miris memang, pergaulan anak yang seharusnya merupakan tahap untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi remaja, malah menjadi tahap yang menguras tenaga serta keuangan orang tua.
                                             
   Jadi semua hal dalam hidup, haruslah dijalani dengan kesederhanaan. Dalam islam, berlebih-lebihan adalah tindakan yang tidak baik. Kembali lagi ke pemahaman remaja itu sendiri. Bagaimana mereka mengetahui tingkat kemampuan orang tua, belajar untuk bisa menghasilkan melalui kreatifitas, bukan hanya menjadi bagian dari masyarakat yang apapun harus dengan membeli.

Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/18/remaja-dan-prilaku-konsumtif-599965.html

0 komentar:

Posting Komentar