Remaja Berperilaku Konsumtif
Apakah Anda suka berbelanja? Itu kan perilaku konsumtif. Tau tidak konsumtif itu apa? Konsumtif itu merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli
barang-barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi.
Dalam psikologi dikenal istilah compulsive buying disorder (kecanduan belanja) orang yang terjebak di dalamnya tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan.
Remaja yang kini
banyak terjebak dalam kehidupan konsumtif, dengan rela mengeluarkan
uangnya untuk menuruti segala keinginan, bukan kebutuhan. Dalam
keseharianya, remaja menghabiskan uang mereka untuk membeli makanan,
pakaian, perangkat elektronik, hiburan seperti menonton film dan
sebagainya. Semua ini dilakukan remaja kebanyakan hanya untuk pamer dan gengsi. Kita tau remaja merupakan fase di mana mereka masih
dalam situasi labil seperti rumput yang jika tertiup angin ia akan
mengikuti ke mana arah angin itu berhembus. Remaja yang dalam pergaulanya
dikelilingi oleh remaja lain yang juga berperilaku konsumtif, maka ia
akan mengikuti gaya, penamilan, seolah tidak mau kalah dari temanya.
Masa remaja disebut
masa kehausan sosial yakni adanya keinginan untuk bergaul dan diterima
di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Jadi, kebanyakan remaja
berpikir untuk dapat diterima di dalam kelompok mainnya. Ia harus
menyesuaikan diri dengan kelompok tersebut, termasuk dalam segi
penampilan, dan gaya hidup. Jika seorang remaja tidak diterima di dalam
kelompok sebayanya maka ia akan merasa terasingkan dan lebih memilih
untuk menyendiri. Remaja juga mudah terpengaruh oleh berbagai iklan
menarik yang menawarkan barang-barang terbaru, dengan potongan harga
yang menggiurkan. Seperti hilang kesadaran, tanpa berpikir panjang
remaja bergegas membeli barang yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Bagi
produsen, remaja merupakan sasaran empuk, karena pola konsumsi seseorang
terbentuk pada usia remaja. Apalagi kini remaja memiliki tempat wajib
yang harus dikunjungi setidaknya satu minggu sekali yakni pusat
perbelanjaan (Mall).
Setiap remaja ingin
terlihat eksis, tidak ketinggalan zaman dan akan berusaha mengikuti
trend yang ada sekarang ini. Jika seorang remaja berada di lingkungan
pergaulan yang teman-temannya berpenampilan glamour maka ia akan merasa
tidak mau tertandingi dan berkeinginan melampaui penampilan temannya. Jika seorang remaja berteman dengan orang-orang yang memiliki gadget
atau smartphone berteknologi tinggi, ia pun akan berusaha untuk
memiliki smartphone yang lebih canggih dari temannya.
Rentang masa remaja
berlangsung pada usia 11-20 tahun atau usia belasan, yang artinya
sebagian besar mereka belum masuk usia kerja. Lalu, bagaimana mereka bisa
mendapatkan uang untuk memenuhi semua keinginan mereka? Ya pasti orang tua yang menanggung.
Bagi keluarga dengan kesanggupan materi atau ekonomi menengah ke atas
memberikan uang saku yang banyak bukanlah sebuah masalah, tapi bagi
sebagian orang dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah menuruti kemauan
sang anak merupakan sebuah beban.
Bagi mereka yang
berada dalam himpitan ekonomi akan mengalami kesulitan jika anak sudah merengek bahkan sampai
memaksa dan mengancam. Orang tua hanya bisa menuruti keinginan mereka,
orang tua rela berhutang, mencari pekerjaan tambahan, hingga menjual barang-barang hanya demi memenuhi keinginan anaknya. Miris memang, pergaulan
anak yang seharusnya merupakan tahap untuk mengembangkan kemampuan
bersosialisasi remaja, malah menjadi tahap yang menguras tenaga serta
keuangan orang tua.
Jadi semua hal dalam
hidup, haruslah dijalani dengan kesederhanaan. Dalam islam, berlebih-lebihan adalah tindakan yang tidak baik. Kembali lagi ke pemahaman
remaja itu sendiri. Bagaimana mereka mengetahui tingkat kemampuan orang
tua, belajar untuk bisa menghasilkan melalui kreatifitas, bukan hanya
menjadi bagian dari masyarakat yang apapun harus dengan membeli.
Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/18/remaja-dan-prilaku-konsumtif-599965.html
0 komentar:
Posting Komentar