Sabtu, 01 Maret 2014



  Jembatan biasa terbuat dari beton, tapi ada juga jembatan yang terbuat dari akar tumbuhan. Siapa yang datang di objek wisata jambatan aka (jembatan akar) pasti akan berdecak kagum, siapa tidak kagum dua pohon akar pohon yang akarnya dihubungkan antar sungai menjadi sebuah jembatan yang bisa dilalui 10 orang. Inilah dia objek wisata andalan Kabupaten Pesisir Selatan yang merupakan salah satu jembatan yang terunik di dunia.

   Kali ini saya mengajak berekreasi di jembatan akar pohon yang dijalin menjadi sebuah jembatan yang kuat dan menjadi penghubung dua daerah antara Jorong (Dusun) Puluik-Puluik dan Lubuak Silau, Desa Lubuak Silau, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat.

    Jarak lokasi dari Kota Padang sekitar 82 Kilometer atau dua jam perjalanan dengan kendaraan roda dua dan mobil pribadi, jalan ini juga bisa menghubungi Muko-muko, Provinsi Bengkulu. Ketika sampai di lokasi anda harus turun sejauh 50 meter dari jalan raya.

    Gemuruh aliran sungai yang jernih akan menambah keindahan alam di kawasan jembatan akar apalagi batang (sungai) bayang yang memisahkan dua kampung itu airnya sangat jernih. Konon katanya jika mandi di bawah jembatan akar tersebut akan cepat dapat rezeki dan jodoh, apakah itu sudah terbukti? Belum bisa dijawab.

    Karena kawasan itu dihanggap keramat, tak salah jika menjelang puasa banyak yang berdatangan ke kawasan ini untuk balimau (menyucikan diri menjelang puasa) agar amal yang dilakukan selama bulan puasa dapat diterima sang kuasa.

    Dari informasi yang berhasil dirangkum salah seorang tokoh masyarakat sekaligus ketua pemuda Pulik-puluik, Herman Datuak Rajo Bandaro, jembatan tersebut dibuat karena seorang ulama yang bernama Pakih Sokan kasihan melihat murid-murid mengajinya dari Pulik-puluik sering tidak datang karena aliran batang bayang kerap meluap.

    "Dulu memang ada jembatan yang dibuat dari bambu namun sering rusak akibat derunya batang bayang, muncul ide dari guru Pakih Pohan untuk membuat jembatan dari akar," ujar Herman.
                                  
    Pada tahun 1916 Pakih Pohan menanam dua batang jawi-jawi (sejenis pohon beringin yang berdaun lebar), pohon jawi-jawi tersebut ditanam di dua lokasi satu di daerah Pulik-puluik dan satu lagi di daerah Lubuak Silau yang dipisahkan dengan batang bayang. Lalu akarnya yang bergantungan dijalin di batang bambu yang dijadikan jembatan sebagai tulang jembatan akar. Setelah 3 tahun lamanya akar dua pohon jawi-jawi tersebut bertaut namun belum bisa dilalui.

    Kemudian Pakih Pohan mengadakan acara mandabiah kambing (potong kambing) dan mandarai aka (memberikan darah pada akar yang bertaut tersebut). "Ini sebagai tanda syukuran bahwa akar jawi-jawi yang dihubungkan sudah bertaut, sebagai tanda akan terjadi pertautan kembali," tambah Herman.

    Untuk menjadikan sebuah jembatan yang bisa dilalui membutuhkan waktu selama 20 tahun